BeritaKetransmigrasian

Kisah Mualib, Transmigran Purworejo yang Sukses Bawa Anak Hingga Sarjana dengan Tanam Nanas

Kisah Mualib, Transmigran Purworejo yang Sukses Bawa Anak Hingga Sarjana dengan Tanam Nanas. Dinperintransnaker. Kisah sukses hadir dari transmigran asal Purworejo, Mualib yang berhasil dengan menanam nanas di lahan gambut. Dilansir dari kanal Youtube miliki Pie’ie Mejink, Mualib bercerita bahwa dirinya berhasil dengan menanam nanas Pontianak.
Nanas ini ditanam Mualib di lahan yang didapat dengan melakukan penambahan lahan dari mengakuisisi lahan warga setempat. Lahan ini kemudian ditanami dengan teknik tumpangsari menggunakan tanaman lain di Medan Jaya, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Keberhasilan Mualib juga didapat dengan produksi dari hulu ke hilir, yang artinya dari penanaman sampai penjualan dilakukan sendiri.

“Misalnya saya menanam satu hektar nanas saja, hasilnya bisa seperti menanam dua hektar. Kalau saya menanam lima hektar seperti sekarang, hasilnya seperti sepuluh hektar. Asal semuanya dilakukan sendiri,” ujar Mualib.
“Kalau saya jual ke peraih, seperti ngasih ke orang, perhitungannya panen dua hari sekali, panen 500 biji, kalau dijual minimal per biji Rp. 5000,” imbuhnya.
Di sisi lain, Mualib mengungkap mengapa dirinya tidak berinvestasi pada tanaman kelapa sawit yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat di sekitarnya.
Menurutnya, untuk menanam kelapa sawit dibutuhkan modal besar dan harus melakukan perawatan lebih. Hal ini berbeda dengan nanas, yang menurut Mualib tidak membutuhkan biaya besar.
“Perawatannyanya memerlukan biaya besar lah kalau sawit, kelapa sawit sekali perawatan bisa Rp 25.000. Kalau perawatan nggak maksimal hasilnya pun nggak maksimal,” tuturnya.
“Kalau nanas nggak perlu pupuk, bisa besar yang penting batang tumbuh di tanah dan ketika menanam diberikan jarak,” imbuh Mualib
Menurut Mualib, perbandingan harga juga menjadi pertimbangan lain dirinya memilih menanam nanas daripada kelapa sawit.
Mualib menyebut bahwa pendapatannya jauh lebih baik dari jika menanam kelapa sawit.
“Kalau sebulan, nanas misal satu ton dikali Rp 3000, dibandingkan 1500 dikali satu ton untuk kelapa sawit,” ujar Mualib.
“Hasil itu masih dipotong biaya pupuk dan lain-lain kalau kelapa sawit, kalau nanas nyaris bersih, paling hanya untuk membayar tenaga, imbuh Mualib.
Teknik tumpang sari yang dilakukan Mualib disebutnya juga menjadi faktor lain dari keberhasilan menanam nanas.
Mualib menyebut bahwa ada lahan yang belum produktif, sehingga teknik penanaman tumpang sari diperlukan.
“Tumpang sari ini diperlukan karena ada lahan yang belum produktif, kalau semua sudah bisa produktif ya nanti bisa menanam nanas semua,” imbuh Mualib.
Dari menanam nanas, Mualib mengungkapkan bahwa dirinya mampu membawa dua putranya hingga lulus menjadi sarjana.
“Ibaratnya kalau harta saya tidak bisa mengungkapkan, tetapi ini mampu membekali anak dengan ilmu dan anak nanti bisa mengembangkan sendiri,” pungkas Mualib.

Related Articles

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button